Sabtu, 29 September 2012


MICROVASCULAR FLAP PADA KEGANASAN KEPALA LEHER

            Mikrovaskuler transfer jaringan bebas  adalah teknik rekonstruksi di mana unit jaringan terpisah dari suplai darah induk dan pindah dari satu bagian tubuh ke lokasi yang baru. Jaringan donor memiliki arteri dan vena yang dapat diidentifikasi dimana dapat direanastomosis dengan  pembuluh penerima, sehingga membangun kembali aliran darah. Potensi reinnervation sensorik juga ada melalui reanastomosis saraf kulit.(Lalmani AK 2007)
            Aplikasi klinis pertama (1959) dari transfer jaringan bebas berupa laporan kasus oleh Seidenberg dkk, dengan memindahkan segmen bebas jejenum untuk merekonstruksi esofagus servikal. Teknik ini kemudian diikuti oleh Hiebert dan Cumming (1961) dengan transfer dan revaskularisasi sebagian dari antrum lambung untuk merekonstruksi faringoesofagal. Pada tahun 1973 Kaplan dkk,  melaporkan rekonstruksi pada rongga mulut dengan menggunakan  flap bebas pangkal paha, Harii dkk merekonstruksi rongga mulut dengan mirovaskular flap deltopektoralis. Panje dkk ( 1974) menjadi ahli THT pertama yang meloporkan transfer jaringan bebas untuk merekonstruksi rongga mulut. (Girod DA 2005)
            Penggunaan transfer jaringan bebas dan reanastomose mikrovaskular untuk merekonstruksi defek kepala dan leher pada operasi onkologi dengan ekstirpasi merupakan teknik yang relatif baru. Sebelum 3 dekade terakhir, sebagian besar defek kepala dan leher ditutup dengan flap kulit lokal dan random dengan mengandalkan pedikel. Tahun 1965 Bakamijan memperkenalkan flap dektopektoralis berdasarkan perfotaor dari arteri mamaria interna. Mc Gregor dengan menggunakan flap forehead dan Bakamijan dengan flap dektopektoralis merupaka flap standar yang dapat diterima untuk merkeonstruksi kepala dan leher di tahun 1960 dan tahun tujupuluan. ( Muller, 2002)
            Pemindahan mikrovaskular jaringan bebas ( microvascular free-tissue) diperkenalkan sebagai suatu teknik untuk merekonstruksi defek yang tidak dapat diperbaiki selain dengan rekonstruksi. Kemampuan dari revaskularisasi jaringan dan lamanya operasi menjadi perhatian pertama dari teknik ini. Selama tahun 1980  flap pedikel regional dibayangi teknik pemindahan mikrovaskular jaringan bebas. Secara teknik regional flap lebih mudah, hanya membutuhkan satu tim operasi, dan menyiapkan jaringan yang tidak mengalami radiasi. Mikrovaskuler rekonstruksi terus berkembang. Digambarkan bahwa setiap tahun lebih banyak lagi daerah atau tempat untuk teknik ini, dan fleksibilitas dari setiap daerah  dieksplorasi dan dikembangkan. Untuk meningkatkan kemampuan  dibidang teknik mikrovaskular ahli bedah harus terus dilatih. Sebagai suatu teknik, bedah mikrovaskular mejnadi semakin luas dan menjadi jelas bahwa teknik transfer ini 95%-98% dianggap handal dan hanya memerlukan 4 - 6 jam waktu operasi. (Douglas B, 2006)
            Tujuan dasar dari rekontruksi kepala leher adalah untuk menggantikan jaringan lunak dan defek pada tulang dengan jaringan yang serupa, memulikan dan mengembalikan fungsinya dan optimal dari sisi kosmetik.Pemulihan dari transfer jaringan bebas dalam dua dekade terakhir telah mengubah teknik rekonstruksi defek pada kepala dan leher karena trauma, kelainan kongenital, dan prosedur ablasi pada proses neoplastik. Komponen jaringan bebas dirancang khusus untuk cacat dengan mengembalikan sifat jaringan tersebut menyerupai jaringan aslinya, seperti melapisi defek orofaringdan memberikan jaringan penyokong berupa jaringan lunak untuk defek pada rahang atas. Keuntungan  flap bebas karena tidak tidak  memiliki kendala anatomi dari sisi suplai pembuluh darah flap, dan dapat dikerjakan dalam satu tahap, memungkinkan pendekatan dua tim secara bersamaan, dan memungkinkan ahli bedah reseksi untuk memperluas batas-batas organ yang akan direseksi.(Lalmani AK. 2007, Douglas B. 2006)
ANATOMI
            Kepala dan leher terdiri dari jukstaposisi rumit dari struktur rangka, terfiksasi dan mobile dengan ototnya yang melekat serta beberapa seri rongga yang dilapisi oleh mukosa yang saling berhubungan dengan kelenjar yang berdekatan, yang ditujukan untuk fungsi vegetatif pencernaan dan pernapasan, serta subfungsi yang lebih khusus untuk mengunyah, menelan, dan fonasi.   Walaupun sinergi kompleks menandai keseluruhan daerah, namun fungsi dominan masing-masing bagian anatomi dicerminkan oleh histologi mukosa. (buku ajar bedah (Colemen JJ. 1994)
            Kepala dibagi menjadi kaput dan muka. Kaput membentuk rongga cranium yang berisikan encephalon, terdiri dari dasar tengkorak dan kalvaria tengkorak. Pada daerah muka terdapat ronnga bola mata, rongga hidung, rongga mulut, dan rongga timpani yang terkait dengan indera penglihatan, penghidu, gustatoris, pendengaran, selain itu terdapat pula pangkal dari system respiratorius dan system digestivus. Otot mimik berperan dalam menentukan ekspresi wajah dan dalam hal-hal tertentu digunakan sebagai alat komunikasi. Leher (neck) merupakan bagian yang menghubungkan antara trunkus dengan kepala, dilalui oleh traktur respiratorius, traktus digestivus, pembuluh arteri, vena, limfe dan saraf. pada leher terdapat kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid. ( Lihulima 2002)
            Batas antara facies (wajah) dan kaput dibentuk oleh suatu garis yag berjalan dari glabela melalui tepi cranial dan tepi lateral orbita, lalu melewati tepi cranial arkus zigomatikus sampai ke meatus akustikus eksternus, selanjutnya mengikuti tepi oksipital ramus mandibula sampai prosessus mastoideus. Batas antara facies dengan kolum di sebelah oksipital adalah suatu garis yang mengikuti tepi oksipital ramus mandibula bagian inferior  dan di sebelah kaudal oleh garis yang mengikuti basis mandibula. Pada bagia frontalis facies berbentuk bulat telur dengan ujung yang meruncing menunjuk ke inferior. Tinggi facies ialah jarak nasale dang nation. Nasale adalah bagian yang terdapat pada sutura naso-frontalis di linea mediana. Gnation ialah sebuah titik yang paling kaudal pada dagu di linea mediana. Lebar facies adalah jarak anatara kedua zygon. Zygon ialah titik yang paling lateral pada arkus zigomatikus. ( Luhulima.2002, Huizing EH. 2003)
            Pada region nasalis, Batas cranial oleh suatu garis yang menghubungkan ujung nasal kedua supersilia. Di sebelah inferior dibatasi oleh garis horizontal yangmelalui subnasale, suatu titik pada sudut yang dibentuk oleh tepi inferior septum mobile nasi dengan labium superior. Disebelah lateral dibatasi oleh garis dari angulus okuli medialis, yang berjalan miring kea rah kaudo-lateral sampai sulkus nasolabilais. Nasal eksternal berbentuk pyramid tiga sisi dengan dasarnya yang melekat pada viserokranial, dan dapat dibedakan menjadi : radiks nasi, dorsum nasi, sepasang ala nasi, septum, sepasang nares. (Luhulima2002,Huizing EH 2003)
Rongga mulut
            Rongga mulut terbentang dari bibir setinggi ovula dan dasar lidah ( papilla sirkuvalatum) ke arkus palatoglosus. Orientasi besar daerah ini adalah menyiapkan makanan dan minuman untuk diangkut ke sekeliling  laring dan esofagus. Rongga mulut dibagi menjadi (1) bibir, (2) mukosa bibir dan bukal, (3) gusi ( alveoli maksila dan mandibula), (4) lantai mulut ( sulkus alveololingualis), (5) lidah, (6) trigonum retromolar, (7) arkus palatoglosus, (8) palatum durum.(Colemen JJ. 1994)
1. Lingua
            Lingua (lidah) merupakan suatu organ muscular yang berperan dalam pengecapan, mastikasi, menelan dan bicara. Dibagi 2/3 lidah bagian anterior dan 1/3 bagian posterior atas dasar perbedaan dalam perkembangan, struktur, topografi, inervasi dan permuaannya. Bagian anterior atau 2/3 bagian anterior tampak menonjol dari dasar kavum oris disebut pars oralis atau korpus lingua. Bagia posterior atau 1/3 bagian posterior turut membentuk dinding anterior faring dinamakan pars faringealia atau radiks lingua. Batas antara kedua bagian tadi adalah sulkus terminalis, yaitu sebuah garis yang berbentuk huruf “V” yang terletak pada dorsum lingua dan membuka ke anterior. pada ujung posterior garis tersebut tepat pada linea mediana terdapat forame saekum lingua. Pada pars oralis terdapat 4 macam papilla, yakni papilla filiformis, fungiformis, valata, dan foliate. Pada pars faringealis tidak terdapat papilla, pada tempat ini terdapat tonsila lingualis, yaitu nodus limfatikus yang dibungkus oleh kapsul.(Luhulima 2002, Motgomery WW 2002)            
            Lidah terdiri dari 3 pasang otot-otot ekstrinsik dan 3 pasang  otot-otot instrinsik. Otot-otot esktrinsik meliputi : m. genioglosus, m. stiloglosus, m. palatoglosus dan otot-oto instrinsik terdiri dari : m. longitudianalis superior, m. longitudinalis inferior, m. transverses lingua, m. vertikalis lingualis. (Luhulima 2002)
            Vaskularisasi dari lidah adalah arteri lingualis yang merupakan satu-satunya pembuluh darah yang member suplai darah kepadalidah. Dipercabangkan oleh a. karotis eksterna diantara a. tiroidea superior dan a. fasialis. Letak pangkal a. lingualis adalah setinggi kornu majus osis hiodea. Berjalan kea rah kranio-ventra, ditutupi oleh m. hioglosus dan kelenjar submandibula.(Luhulima 2002, Montgomery WW 2003)
2. Palatum
            Palatum membentuk dinding cranial (atap) dari kavum oris dan sekaligus menjadi lantai dari kavum nasi. Terdiri dari palatum mole, yang berada pada 2/3 bagian anterior, dan palatum durum yang berada pada 1/3 bagian dorsal. Palatum durum dibentuk oleh prosessus palatines maksila dan pars horisontalis osis palatina. Dibagian anterior dan lateral dibatasi oleh prossus alveolaris. Palatum mole terdiri dari aponeurosa palatine yang dibentuk oleh perluasan tendo kedua m. tensor veli palatini.  Pada palatum mole terdapat kelenjar mukosa dan jaringan limfoid. Dari sisi dorso-lateral terdapat dua buah plika yang berjalan turun ke kaudal, yaitu sebuah di bagian anterior yang berakhir pada sisi lateral lingua, dinamakan arkus palatoglosus, dibentuk oleh m. paatoglosus. Plika lainnya, terletak di sebelah dorsal dan berakhir pada dindinf faring disebut plika palatofaringeus, dibentuk oleh m. palatofaringeus.(luhulima 2002, Montgomery2003)
            Dalam labium superior dan labium inferior terdapat ramus labialis superior dan ramus labialis inferior yang dipercabangkan oleh arteri fasialis. Arteri palatine mayor sebagai cabang dari artei maksilaris, berjalan turun melalui foramen palatine mayor dan menuju ke palatum durum dekat pada margo alveolaris. Juga terdapat cabang kecil yang berasal dari arteri sfenopalatina minor. Pembuluh vena berjalan mengikuti arteri bersangkutan. Inervasi motoris untuk labium dan bukalis diperoleh dari nervus fasialis. Inervasi sensible untuk labium superior, labium inferior dan bukalis dekat angulus oris dilayani oleh nervus infraorbitalis, nervus mentalis, dan nervus bukalis.(Luhulima 2002)
Maksila
Maksila merupakan komponen utama rahang atas. Selai sebagai tempat gigi-geligi dan sinus maksilaris, maksila berhubungan dengan bagian posterior terhadap medial dan lateral dari  lempeng pterigoidea. Palatum durum menyatukan sepasang tulang maksila dengan tulang atap dari kavum oris. Sensasi untuk gigi atas dipersarafi oleh nervus maksilaris melalui postero-superior dan supero-anterior dari nervus alveolaris. Nervus infraorbita yang merupakan cabang dari nervus trigeminus memberi sensasi pada permukaan atas dari rahang dari jaringan lunak.
Mandibula
            Mandibula terdiri dari badan penyangga gigi dan ramus yang memperluas dari angulus mandibula. Ramus mandibula termasuk angulus ditutupi dari luar oleh otot maseter, yang mana dilalui oleh nervus fasialis dan duktus parotikus.  Di antara ramus mandibula  dan m. pterigoid medial  terdapat nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis. Cabang superfisial arteri karotis keluar dari kelenjar parotis disamping sendi temporomandibula dan cabang -cabang arteri maksilaris interna  berjalan transversal  dibawah ramus. Bagian inferior dan medial ramus mandibula dan bagian posterior dari korpus madibula berhubungan dengan kelenjar submandibula, dan bagian medial dari bagia anterior mandibula berdampingan dengan kelnjar sublingual. (Maves MD  2006)
3. Kelenjar liur ( Glandula salivatorius)
            Terdiri dari dua kelompok : ( Lihulima 2002, Motgomery WW 2003)
a. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil yang berada didalam lapisan mukosa dan submukosa kavum oris, dan dinamakan sesuai dengan tempatnya, seperti kelenjar labialis, kelenjar lingualis, kelenjar palatine; kelenjar-kelenjar tersebutnmemberi sekresinya kurang lebih secara terus menerus untuk membasahi mukosa kavum oris.
b. Tiga pasang kelenjar yang besar, yaitunkelenjar parotis, kelenjarsubmandibularis, dan kelenjar sublingualis. Saluran keluar dari kelenjar-kelenjar tersebut bermuara kedalam kavum oris dan mengeluarkan sekresi apabila ada rangsangan sensoris yang diterima pada papilla lingua, dapat pula rangsangan mekanik, kimiawi, temparatur dan dapat juga oleh rangsangan psikis maupun olfaktorius.
Leher (Neck)
            Leher merupakan bagian tubuh manusia yang terletak di antara thoraks dan kaput. Batas di sebelah cranial adalah basis mandibula dan suatu garis yang di tarik dari angulus mandibula menuju prosesus mastoideus, linea nuche suprema sampai ke protuburantia aksipitalis eksterna. Batas kaudal dari ventral ke dorsal dibentuk oleh insisura jugularis sternum, klavikula, akromion dan suatu garis lurus yang menghubungkan kedua akromion.(Luhulima 2002)
            Bentuk umum leher adalah sebagai konus dengan basis yang menghadap kearah kaudal. Ditentukan oleh prosesus spinosus vertebra servikalis, otot-otot, panikulus adipose, os hiodeum, trakea dan kelenjar tiroidea. Dilihat dari lateral pada leher dapat dibedakan trigonum coli anterior, trigonum coli lateral (posterior) dan region nuchae.(Luhulima 2002, Maves MD  2006)
              Trigonum coli anterior dibatasi dibagian cranial oleh basis mandibula dan suatu garis yang menghubungkan angulus mandibula dengan prosesus mastoideus, disebelah ventral dibatasi oleh linea mediana, dan batas disebelah posterior dibentuk oleh tepi anterior m. sternokleidomastoideus. Trigonum ini dibagi oleh os hiodeum menjadi region suprahiod dan infrahiod. Trigonum ini disilangi oleh m. digastrikus, m. stilohiodeus, dan omohiuodeus venter superior sehingga menjadi empat buah segitiga yang lebih kecil, seperti : Trigonum digastrikus, trigonum submental, trigonum karotikum, dan trigonum muskulare. Trigonum coli anterior ditutupi oleh platisma dan fasia coli. (Luhulima 2002, Maves MD  2006)
            Trigonum coli posterior dibatasi disebelah inferior oleh fasies superior sepertiga bagian medial klavikula, disebelah dorsal oleh tepi anterior m. trapezius, dan di sebelah anterior oleh tepi anterior m. sternokleidomastoideus. Dibagi oleh m. omohiodeus venter inferior menjadi trigonum oksipital, yang berada disebelah cranial, dan trigonum supraklavikula berada disebelah inferior.(Luhulima 2002, Maves MD  2006, Motgomery WW 2003)
            Arteri karotis komunis bercang menjadi dua yakni arteri karotis eksterna   memilki cabang dan terletak sedikit ke anterior dan arteri karotis interna yang  tidak memiliki cabang dan letaknya lebih ke posterior. Arteri karotis interna naik secara langsung ke arah saluran karotis. arteri karotis komunis  bersama-sama dengan vena jugularis interna dan nervus vagus dibungkus menjadi satu oleh karotid sheath. Arteri karotis eksterna  memperdarahi kepala struktur ekstra kranial, masuk kedalam kelenjar parotis setinggi kolum mandibula mempercabangkan dua cabang terminal, yakni arteri temporalis superfisialis dan arteri maksilaris.(Luhulima 2002, Maves MD  2006)
            Vena leher utama adalah vena jugularis eksterna dimana vena ini bermula pada tepi kaudal kelenjar parotis, dibentuk oleh earus posterior vena retromandibularis daan vena aurikularis posterior. Berjalan di sebelah superfisial dari m. sternokleidomastoideus, dan bermuara kedalam vena subklavia. Menerima darah dari vena suprakliavukularis, vena servikalis transversa dan vena jugularis anterior. Vena jugularis anterior mulai dari dagu dan berjalan turun membentuk arkus venosus didaamsuprasternal dengan vena disebelah. Berjalan disebelah profunda m. sternokleidomastoideus dan selanjutnya bermuara pada vena jugularis eksterna. Vena jugularis interna merupakan kelanjutan dari sinus sigmoid setelah meningalkan foramen jugulare. Pangkalnya membentuk pelebaran yang dinamakan bulbus superior, bermuara kedalam vena brahisefalika.(Luhulima 2002, Maves MD  2006) Skandalakis JE 1999)
            Sistem limfatik dari leher terdapat pada setiap sisi leher. Kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius. Rangkaian jugularis interna dibagi dalam kelompok superior, media, dan inferior. Kelenjar jugularis profunda superior menerima aliran darah dari palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis, dan supraglotik laring. Juga menerima darah dari kelenjar limfe retrofaring, spinal asesorius, parotis, servikalis superfisialis dan kelenjar limfe submandibularis. Kelenjar limfa jugularis interna media menerima aliran darah yang berada langsung dari subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior, dan daerah krikoid posterior. Juga menerima aliran limfe  dari kelenjar limfe jugularis inerna superior dan kelenjar limfe retrofaring bagian bawah. Kelenjar limfe jugularis interna inferior menerima aliran limfe langsung dari kelenjar tiroid, trakea, esofagus bagian servikal. Juga  menerima aliran limfe  dari kelenjar limfe jugularis inerna superior, dan kelenjar limfa paratrakea.(Roezin A 2007)     
Faring 
            Faring merupakan tabung fibromuskular berbentuk kerucut yang meluas  dari basis cranii sampai pada tepi kaudal kartilage krikoidea, yaitu setinggi vertebra servikalis ke-6 melanjutkan diri menjadi esofagus. Ukuran panjang kira-kira 12 cm, diameter pada ujung cranialis kurang lebih 5 cm dan pada ujung caudalis kira-kira 2,5 cm. Fungsi faring sebagi tempat berlalu udara respirasi dari cavum nasi menuju ke laring dan sebalinya, dan tempat bolus makanan lewat dari cavum oris menuju ke esofagus.(Beasly P 1997)
            Faring dibagi menjadi nasofaring, yaitu bagian dari  faring yang terletak diatas palatum molle, orofaring yaitu bagian yang terketak dianatara palatum molle dan tulang hyoid dan laringofaring yang meluas dari tulang hyoid sampai ke batas bawah kartilago krikoid. ( ballengger 1994) 
Nasofaring
            Nasofaring dibentuk disebelah atas oleh korpus sfenoid dan prossessus basilao os oksipital, di sebelah anterior oleh koana dan palatum molle, dan sebelah posterior oleh vertebra servikalis, sebelah inferior  nasofaring dilanjutkan oleh orofaring. Orifisium tuba Eustachius terletak. Memanjang ke bawah dari ujung posterior penonjolan tersebut terdapat lipatan membrane mukosa yang kuat yatiu membran salfingofaringeal yang meluas ke bawah di depan orifisium Eustachius. Kantong yang dalam yang terbentuk pada sudut faring di antara tepi posterior kartilago Eustachius dan dinding posterior dikenal sebagai fossa Rossenmuller.  Atap dan dinding posterior nasofaring merupakan tempat kedudukan jaringan limfoid ( adenoid, tonsil faringeal, tonsil Luschka’s). Nasofaring diliputi oleh epitel torak bersilia berlapis semu ( epitel pernapsan). ( Ballengger 1994)
Orofaring 
            orofaring terletak sebelah dorsal kavum oris, disebelah kaudal palatum molle dan disebelah cranial dari aditus laringis. Mempunyai hubungan dengan kavum oris melalui isthmus faucium ( isthmus oropharingeum). Batas lateral isthmus faucium dibentuk oleh arkus palatoglosus, yang melekat dari palatum molle menuju ke sisi lidah, kira-kira di bagian posterior pertengahan lidah. Disebelah posteriornya terdapat arkus palatofaringeus yang berasal dari tepi posterior palatum molle menuju ke kaudo-dorsal mencapai dinding lateral faring. Arkus palatoglossus, arkus palatofaring dan bagian posterior sisi lidah membentuk fosa tonsilaris yang ditempati oleh tonsila palatine. ( Beasly P 1997)
Laringofaring
            Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak sebelah dorsal laring, berhubungan satu sama lain yang akan membentuk fossa piriformis atau sinus piriformis. Ke  arah kranial berhubungan dengan orofaring dan ke arah kaudalis melanjutkan diri menjadi esofagus.   Dinding anterior laringofaring terletak aditus laring. Hipofaring secara klinik terbagi atas tiga region yakni sinus piriformis, region post krikoid, dan region dinding faring posterior. Batas lateral sinus piriformis oleh membrane tirohioid dan kartilago tiroid, lipatan ariepiglotik, permukaan posterolateral aritenoid dan kartilago krikoid pada dinding medial. Regio post krikoid atau pharingoesophageal junction merupakan bagian dinding anterior laringofaring yang letaknya diantara bagian atas dan batas bawah lamina krikoid. Regio dinding posterior faring terbentang   dari dasar valekula atau os hyoid sampai tautan krikoaritenoid. (Beasly P 1997, dhigra 2006)
            Dinding faring mendapat aliran darah dari arterinfaringeus asendens cabang dari artei karotis eksterna, arteri palatina asendens cabang dari arteri fasialis, dan arteri palatine mayor cabang dari arteri maksilaris.  Pembuluh vena membentuk pleksus faringeus pada dinding posterior dan dinding lateral faring dan bermuara kedalam vena jugularis interna.(Beasly P 1997)
Laring 
            Laring terletak anterior hipofaring setinggi vertebra servikal ke-3 sampai vertebra servical ke-6. Laring bergerak vertical dan bergerak anteroposterior selama menelan dan berbicara. Laring juga bergerak secara pasif dan menghasilkan suara gesekan yang disebut laringeal criptus. ( dhigra PL)
            Laring adalah organ organ khusus yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk jalan napas dan berfungsi dalam pembentukan suara. Di bagian superior membuka ke dalam laringofaring, dan di bagian inferior bersambung dengan trakea. Struktur kerangka laring dibentuk oleh satu tulang dan beberapa tulang rawan yang dihubungkan oleh ligamentum serta digerakkan oleh otot. ( Dhillon RS 1999, Hermani B 2007)
            Tulang yang membentuk laring adalah tulang hyoid yang berbentuk huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tenggorok oleh tendo dan otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik keatas, sedangkan bila laring diam maka otot-otot ini bekerja membuka mulut dan membantu menggerakan lidah. (Hermani B 2007)   
Esofagus 
            Esofagus adalah suatu tabung otot yang menghubungkan hipofaring dengan lambung. Pada orang dewasa panjang esophagus sekitar 25 cm, memanjang mulai dari batas bawah kartilago krikoid setinggi vertebra servikal VI ( VC6), berjalan dalam leher, mediastinum superior dan mediastinum posterior di depan vertebra servikal dan torakal dan berakhir pada kardia lambung setinggi vertebra torakal XI ( VTh11). (Beasley P 1997, dhigra 2008, kuo B 2006)
            Diameter esofagus bervariasi tergantung ada atau tidak adanya bolus makanan atau cairan melaluinya.  Dalam keadaan istirahat pada orang dewasa diameter esofagus sekitar 20 mm tetapi dapat meningkat sampai 30 mm . Esofagus memiliki 3 penyempitan mayor yakni :  1.  penyempitan krikofaringeal atau faringoesofageal ( diameter 1,7 x 2,3 cm), 2.  penyempitan bronkoaortik. penyempitan aortic setinggi vertebra torakal IV ( ( diameter 1,9 x 2,3 cm) dan bronchial setinggi vertebra torakal V (diameter 1,7 x 2,3 cm). esophagus juga mempunyai 3 penyempitan minor yakni : 1. penyempitan retrosternal terletak antara penyempitan faringoesofageal dan penyempitan aortic. 2.  penyempitan kardiak, kadang terletak dibelakang perikardium dan terjadi jika  adanya pemanjangan atrial kanan. 3. penyempitan suprakadiak oleh karena arteriosklerotik aorta. (Beasly p 1997, Skandalakis JE 1999)
 Evaluasi Preoperatif dan Seleksi pasien
            Rancangan untuk merekonstruksi defek kepala dan leher setelah operasi ablasi untuk kanker memerlukan sejumlah kemampuan untuk memprediksi keberhasilan. Setiap pasien harus dievaluasi berdasarkan individu dan faktor-faktor yang diangkap menentukan apakah akan menjadi pilihan yang terbaik untuk pasien tersebut. Faktor-faktor iut seperti : jumlah dan jenis jaringan yang akan didapatkan, persarafan, keuntungan dari sisi fungsional, antisipasi kesasikan dari donor, angka keberhasilan, posisi pasien dan lokasi donor, lamanya operasi, kemampuan operator, dan faktor status kesehatan pasien secara menyeluruh. Ahli bedah rekonstruktif yang berpengalaman harus merancang teknik prosedur operasi yang akan digunakan, karena tidak ada jaminan pilihan apa yang paling baik sampai tumor dilepaskan dan analisis khir dari defek. Sebagai tambahan kualitas dari pembuluh darah untuk pemilihan flap akan dievaluasi hanya setelah dilakukan osilasi. (Muller 2002, Girod DA 2005)
            Keberhasilan transfer jaringan bebas dimulai dengan seleksi pasien yang pantas. Terdapat sejumlah karakteristik pasien dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Diabetes militus dan penyakit sistemik yang lain  seperti hiperkolestrolemia dapat meningkatkan penyakit mikrovaskular dan aterosklerosis otot arteri. Diabetes yang tidak terkontrol sering mengganggu penyembuhan luka. Penyakit mikrovaskular memperlambat penyembuhan dan neovaskularisasi antara flap dengan jaringan sekitarnya. Aterosklerosis merupakan masalah utama ketika menggunakan vaskular ekstremitas bawah seperti flap fibula dan flap dorsum pedis. Penyakit aterosklesosis kurang menjadi masalah dengan ekstremitas atas, trunkus, dan vaskular visera. Pada kepala dan leher terdapat arteri fasilais yang merupakan cabang perifer dari sistem arteri karotis dimana sangat mudah terdapat  plaque aterosklerosis. Walaupun demikian pembuluh darah ini masih sering digunakan sebagai anastomose dari pembuluh darah resipien karena sangat berdekatan dan diameter pembuluh darahnya baik. Demikian halnya juga pasien dengan pasca radioterapi juga meningkatkan resiko aterosklerosis.(Muller 2002, Girod DA 2005)
            Pasien dengan penyakit jantung dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas dengan yang akan  dengan anestesi umum. Hal ini terjadi pada pengobatan kanker kepala dan leher dimana operasi memakan waktu yang lama.  Flap bebas secara bermakna meningkatkan lama operasi  sekitar 4-6 jam, meskipun pada beberapa institusi tidak berlaku dengan pendekatan dua tim. Komplikasi jantung pasca operasi memberikan efek yanf serius terhadap kelangsungan flap bebas yang membutuhkan aliran darah yang memadai. Fungsi jantung harus dipantau selama preoperatif yang dilakuakn oleh ahli jantung dan ahli anestesi.(Muller 2002
            Penurunan perfusi flap, hiperkoagulasi, dan gangguan penyembuhan luka berhubungan dengan merokok. Dengan demikian, merokok harus dihenrikan satu minggu sebelum operasi dan pasca operasi. Obesitas juga menurunkan angka keberhasilan transfer jaringan bebas sebagai akibat peningkatan jaringan adiposa yang  mengakibatkan diseksi pedikel vaskular lebih sulit dan mengganggu anastomose mikrovaskular.(Muller 2002, Lalwani AK 2007)
            Penyakit vaskular kolagen merupakan kontraindikasi relatif untuk transfer flap bebas. Penyakit ini dapat mengganggu sistim kardivaskular, terutama pasien dengan vaskulitis aktif. Pada pasien ini dapat terjadi anastomose trombosis yang besar sehingga kontraindikasi pasien yang akan menjalani transfer jaringan bebas.(Muller 2002, Girod DA 2005)
Penangan Intraoperatif
            Dibutuhkan dokter ahli anestesi yang berpengalaman pada operasi mikrovaskular. Ekstermitas donor harus diberi tanda agar ahli anestesi tidak melakukan pemasangan infus pada area tersebut. Obat-obat premedikasi seperti antibiotik, steroid dan obat premdikasi lain harus terukur dan indikatif. Untuk anestesi infiltasi digunakan lidokain 1% tanpa efinefrin. Penggunaan antigoakulasi seprti heparin dan flasma ekspander digunakan untuk mengurangi kemungkinan trombosis vaskular. Heparin 5000 unit dapat digunakan selama  pada bagian akhir dari anastomose vena dan dilanjutkan sampai PTT sekitar 1,5 kali dari nilai normal. Aspirin 5-10  tablet per hari. Pemberian dektran dapat diberikan secara kontinu atau serial melalui infus.(Muller 2002, Girod DA 2005)
            Patensi anastomose dapat dilakukan pengujian dengan berbagai cara. Pengamatan secara langsung patensi pembuluh darah dengan menggunakan USG Doppler. Jika terjadi obstruksi dapat dilakukan tindakan berupa dengan menekan dengan lembut pembuluh darah dengan menggunakan forsep atau dipicit untuk mencegah trombosis. Jika trombosis terjadi membutuhkan reseksi segmental dan reanastomosis. Tekanan darah yang optimal harus dipertahankan untuk mensuplai organ vital dan perfusi flap. Hipertensi dapat menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan. Digunakan hipotensi kendali dengan menggunakan anti inotropik, vasodilator, dan hidrasi secara intravena. Semua vasokonstriktor harus dihindari, kecuali untuk live saving. Suhu badan harus dijaga untuk menghindari hipotermia karena dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer dan meningkatkan afterload. Untuk menghindari hal ini dapat digunakan penghangat pasien, irigasi hangat, dan cairan infus. (Muller 2002, Girod DA 2005)
            Trombosis vaskular merupakan kejadian yang paling sering disebabkan karena kesalahan teknis dalam penempatan jahitan atau kinking pedikel atau penggunaan pembuluh darah yang mengalami kerusakan terutama lapisan intima. Tombosis paling sering terjadi pada vena , hal ini disebabkan karena aliarnnya lebih lambat dan relatif statis. Masa kritis dari transfer jaringan bebas terjadi dalam 20 menit pertama dan selanjutnya dalam 3 hari pasca operasi karena 90% trombosis terjadi pada masa tersebut. Setelah itu, trombosis yang muncul karena adanya hematoma, infeksi atau fistula.(Muller 2002)
Fasia dan Fasiokutaneus Free Flap
            Fasia dan Fasiokutaneus Free Flap merupakan flap yang umum digunakan untuk merekontsruksi kepala dan leher. Flap ini tipis, fasia yang lentur atau  kulit dan sebagain besar tanpa miokutaneus pedikel flap. Flap ini juga memiliki potensi untuk sensasi melalui reanastomosis saraf kutaneus pada resipien. Umumnya digunakan untuk menutup defek intraoral, faring, dan defek kulit kepala dan leher.(Lalwani AK 2007)
Flap radius Lengan Bawah (Radial Forearm Flap)
            Ketika memerlukan kulit tipis yang mudah digerakkan dan dapat dicetak dalam 3 domensi, penggunaan flap radial lengan bawah menjadi pilihan. Anatomi lengan bawah membuat flap relatif lebih mudah dan aman. Flap dapat diambil berupa tendon palmaris longus, tulang radius, dan atau saraf sensorik. Vena sefalika sebagai vena tunggal atau pilihan pelengkap ke vena komitan. Transfer jaringan yang berasal dari lengan bawah yang dipindahkan ke kepala dan leher dapat dilakukan efektif dengan teknik mikrovaskular. Berbagai defek berhasil diperbaiki dengan menggunakan flap ini.(Wax MK)
                Flap radial lengan bawah paling sering digunakan dalam merekonstruksi rongga mulut dan dasar lidah, sebagian atau seluruh faring, dan  palatum mole. Flap ini juga dapat digunakan untuk merekonstruksi defek pada kulit mata, bibir, leher, dan kulit kepala. Saat dipindahkan sebagi fasia flap, dapat digunakan untuk memperbaiki defek jaringan lunak dan defek dasar tengkorak jika flap perikranial lokal tidak tersedia. (Douglas B 2006, lalwanil AK 2007,  Girod DA 2005)
            Arteri radialis dengan dua arah vena komitan di septum intramuskular lateral dan beberapa cabang vena fasia pada lengan bawah. Fleksus ini mensuplai sebagi besar kulit lengan bawah. Panjang pedikel arteri dibatasi oleh arteri radial rekuren yang merupakan cabang pertama utama dari artei radialis setelah lepas dari arteri brahialis. Flap ini mempunyai suplai vena melaui vena komitan yang berpasanagan dan sistem vena superfisial. Vena-vena ini menyediakan drainase vena yang lebih baik. Nervus antebrahial lateralis merupakan nervus sensorik utama daerah lengan bawah yang sering digunakan. Nervus ini letaknya sangat dekat dengan vena sefalika di daerah lengan atas. Nervus ini dapat dengan mudah dilakukan anastomosis ke saraf sensorik resipien saat reinervasi sensorik dibutuhkan.(Douglas B 2006, lalwanil AK 2007)
            Perhatian terbesar dari flap radial lengan bawah adalah keutuhan pasokan arteri ulnaris ke tangan melalui arkus palmaris. Kombinasi variasi dua arteri bersamaan yakni arkus palmaris superfisial tidak lengkap dan hilangnya komunikasi antara arkus falmaris superfisial dan profunda mengakibatkan suplai darah ke ibu jari dan jari telunjuk tidak ada. Anomali ini dapat dideteksi dengan tes Allen. Tes ini melibatkan penilaian pengisian kapiler dari ibu jari dan jari telunjuk dengan arteri radialis yang tersumbat. Jika tes ini hasilnya kita ragukan maka pemeriksaan Doppler dapat dilakukan dan hasilnya pasti.(Wax MK) Douglas B 2006, lalwanil AK 2007)
 
 Dikutip dari Buyten J, 2005   Dikutip Dari Douglas B 2006
                Rancangan flap radius lengan bawah diawali dengan membuat garis  jalur dari vena dominan subkutan dan meraba denyut nadi arteri radialis. Flap ini berorientasi pada arteri radial dan vena sefalika. Lebih baik untuk tidak mengangkat flap diatas arteri ulnaris. Tambahan jaringan subkutan dimasukkan dalam flap jika dibutuhkan. Diseksi setingkat subfasial sebagai pendekatan terhadap pedikel. Pedikel diidentifikasi dibawah kaput brahioradialis dan fleksor karpi radialis.Arteri radialis dideseksi dari asalnya.(Buyten J, 2005  Douglas B 2006)
Dikutip dari Buyten J, 2005
Flap Lengan Lateral ( Lateral arm Flap)
                Flap lengan lateral (lateral arm flap) merupakan flap fasiokutaneus yang cukup tipis yang dapat direinervasi untuk sensasi kulit dengan nervus kutaneus posterior lengan. Tidak seperti flap radius lengan bawah, tempat pengambilan donor dapat ditutup secara primer terutama jika lebar flap yang diambil sekitar 6 - 8 cm, atau 1/3 lingkar lengan. Flap ini dapat diambil sebagai flap fasia dan memiliki sumber vaskularisasi yang baik  untuk tambahan defek subkutan yang disebabkan oleh reseksi temporal lateral atau parotidektomi total. Penerapan flap lateral lengan dipengaruhi oleh indeks masa tubuh dan penempatan flap. Pasien dengan indeks masa tubuh yang rendah, flap lengan lateral dapat digunakan rongga mulut volume rendah, orofaringeal volume rendah, dan defek kuatenus volume rendah. Pada pasien dengan indeks masa tubuh yang tinggi, flap lateral lengan dapat digunakan untuk dasar lidah volume besar,  orofaring lateral termasuk ruang parafaring, glosektomi oral anterior, tulang temporal lateral, parotis dan defek midfasial. Ketebalan flap ini bervariasi sesuai penempatan flap seperti kulit diatas epikondilus lateral yang jauh lebig tipis dibanding dengan kulit sekitar pertengahan lengan atas. Banyak aplikasi flap lengan lateral yang telah digantikan oleh flap paha anterolateral karena kemudahan yang lebih besar, pedikel lebih panjang dan penutupan primer lebih mudah. Dalam situasi di mana estimasi volume sangat penting, lengan lateral mungkin menjadi pilihan yang lebih baik daripada paha anteroleteral karena volume tak terduga otot yang dapat dimasukkan dalam lipatan paha anterolateral.(Douglas B 2006)
            Suplay vaskular dari flap lengan lateral berasal dari cabang terminal arteri brakialis profunda dan kolateral arteri radialis posterior dan  komitans vena dimana berjalan bersama dengan nervus radialis dalam alur spiralis humerus.  Suplay darah ke kulit berasal dari 4-5 perforator septokutaneus  yang berasal dari kolateral arteri radialis posterior yang terdapat di septum intermuskular lateral. Didaerah tempat berinsersi deltoid, diameter arteri rata-rata 1,55 mm ( 1,25-1,75 mm) dan maksimum panjang pedikel dengan tambahan diseksi antara 8-10 cm. Jika pendekatan ini digunakan maka cabang-cabang muskular yang berasal dari nervus radialis untuk otot triseps harus diidentifikasi dan dipertahankan, tetapi dalam pelaksanaanya sulit mendapatkan lebih dari 4-5 cm dengan panjang pedikel tanpa memisahkan sejumlah besar trisep dan resiko kerusakan cabang-cabang motor untuk trisep.Untuk  mengakomodasi pedikel yang cukup pendek, flap dapat dipindahkan kearah lebih distal sekitar epicondilus lateral. Terdapat sistem vena superfisial kedua yang bergabung dengan vena sefalik tetapi jarang digunakan dalam fraktek. Terdapat dua  nervus sensorik selama selevasi, masing-masing berasal dari bagian proksimal dari nervus radialis. Nervus yang  mensuplai sensasi kulit dari flap lengan bawah  adalah nervus kutaneus posterior disebut juga saraf kutaneus lateral lengan bawah dan saraf kutaneus antebrakial posterior, berjalan melalui flap lengan bawah ke lengan bawah.(Douglas B 2006)
Dikutip dari Buyten J, 2005
            Berbeda dengan flap radial lengan bawah, flap lateral lengan tidak mempengaruhi sirkulasi bagian distal dari lengan. Arteri profunda brakhii dapat terganggu tanpa adanya gejala iskemik. Kejadian duplikais dari arteri brakhii anatar 4%-12%.(Douglas B 2006)
            Septum intermuskular lateral letaknya sekitar 1 cm bagian posterior dari garis yang ditarik dari insersi muskulus deltoid dan epikondilus lateralis. Sumbu utama dari flap ini dirancang didasarkan pada septum intermukularis. Arteri oksipitalis tetap dijaga ketika melintasi vena jugularis interna untuk membantu mengurangi panjang pedikel dan kesesuaian ukuran pada rekonstruksi lateral.(Douglas B 2006)
Lateral Thigh Flap
            Flap paha lateral (lateral thigh flap) pertama kali dipopulerkan oleh Hayden pada rekonstruksi kepala dan leher.  Flap ini memberikan permukaan area yang lebih luas dengan pedikel vaskular yang adekuat. Flap dengan luas 25 x 14 cm perna berhasil dipindahkan. Ini merupakan flap fasiokutaneus dengan rentang mulai dari yang tipis sampai ke tebal. Flap ini sangat berguna untuk merekonstruksi intraoral dan faring. Flap ini secara teknis menantang dan telah digantikan oleh flap paha anterolateral yang secara teknis lebih mudah dan memiliki pedikel vaskular lebih panjang.(Douglas B 2006)
   
Dikutip dari Buyten J, 2005
Flap Paha Anterolateral (Anterolateral Thigh Flap)
                Flap paha anterolateral adalah flap septocutaneous atau muskulokutaneus berdasarkan arteri femoralis lateralis sirkumpleksa dan terkait dengan vena komitantes. Flap ini dapat diambil untuk struktur yang disuplai oleh pedikel umum dari pembuluh darah sirkumfleksa femoralis lateralis. Ukuran flap ini bisa sampai 20 x 15 cm. Flap yang lebih tipis terdapat pada laki-laki sedangkan pada wanita sedikit agak tebal tergantung tebal lemak paha. Flap paha anterolateral merupakan flap yang paling banyak digunakan untuk rekonstruksi jaringan lunak kepala dan leher. Terdapat beberapa kesamaan anatara flap paha anterolateral dan flap radiel lengan bawah seperti :  kulit lentur tipis dan panjang pedikel vaskular. Flap paha anterolateral biasanya lebih  besar dan biasanya sedikit lebih jaringan  subkutaneus dibanding dengan flap radial lengan bawah.  Saraf untuk sensasi adalah saraf kutaneus femoral anterior dan kutaneus femoral lateraldan berjalan secara aksial di  flap. Aplikasi untuk flap ini seperti muka, leher, bukalis, hemiglosektomi, glosektomi subtotal, orofaring, faringeal total, defek dasar tengkorak. Tempat donor ditutup terutama jika flap lebarnya kurang dari 9 cm. Kerugian flap ini terutama karena ukuran yang bervariasi sehingga volumenya tidak dapat diprediksi.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
 
Dikutip dari Buyten J, 2005
Flap Fasia Temporoparietal ( Temporoparietal Fascial Flap )
            Flap Fasia Temporoparietal merupakan flap yang popular dalam merekonstruksi defek kepala dan leher. Flap fasia ini sering digunaan sebagai flap pedikel, tetapi kadang digunakan flap bebas   lengkungan rotasi tidak memadai.Flap fasia temporoparietal sangat tipis, sangat vaskular, lentur, dan tahan lama. Dapat transfer  dengan sendiri atau dikombinasikan dengan kulit. Ukuran dari flap ini sekitar 17 x 14 cm dengan ketebalan 2-4 mm. Sebagai transfer jaringan bebas khusus untuk merekonstruksi hemilaringeal, rekonstruksi kutaneus volume rendah saat flap lengan bawah tidak tersedia. Sering digunakan sebagai flap rotasi di midfasial, wajah bagian atas, dasar tngkorak, mendukung penutupan duramater.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
            Temporoparietal terdiri dari 5 lapisan berbeda. Diatas  garis temporal superior,fasia temporoparietal menjadi galea aponeurotika. Arteri temporal superior dan vena, yang mensuplai flap ini dan berjalan dalam lapisan fasia temporoparietal. Sebaiknya diisolasi sekitar 3 cm superior dari akar ke heliks, dimana  cabang pembuluh darah ke divisi frontal dan parietal. Cabang frontal dari arteri temporalis superfisial  secara rutin diligasi 3-4 cm distal percabangan parietal untuk menghindari cedera pada cabang frontal dari saraf wajah.Arteri temporal medial berasal dari arteri temporal superfisial proksimal. pada tingkat arkus zigomatikus dan memasok fasia otot temporalis.(Douglas B 2006)

 
Dikutip dari Buyten J, 2005
Muscle and Musculocutaneous Flap (Flap  muskulus dan muskulokutaneus)
Flap Rektus Abdominis
            Flap Rektus Abdominis  berperan penting dalam merekonstruksi kepala dan leher karena mudah diambil, memiliki pedikel vaskular yang panjang, dan dapat diandalkan. Area kulit yang diambil dengan muskulus rektus tunggal meliputi perut dan dada bagian bawah. Flap ini dugunakan untuk merekonstruksi defek volume tinggi,  seperti glosektomi total, defek dasar tengkorak, dan defek kulit besar. Saat ini flap rektus abdominis salah satu alternatif terbaik untuk merekonstruksi defek glosektomi total karena fasia rektus dapat jahit ke mandibula untuk menjamin  tonjolan lidah dalam posisi untuk menutup kavum oris, juga untuk menggantung laring. Untuk pasien dengan jaringan subkutaneus yang sedikit,  flap rektus abdominis dapat dipakai untuk penanganan defek volume sedang seperti hemiglosektomi dan defel temporal lateral. Kelemahan flap ini berupa warna kulit kulit sepadan dengan kulit fasia.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)

 
Dikutip dari Buyten J, 2005
            Muskulus rektus abdominis memiliki dua pedikel vaskular utama, arteri dan vena epigastium superior profunda dan vena epigastium inferior profunda. Kedua sistem terhubung di atas umbilikus melalui pembuluh darah dengan diameter lecil. Bila digunakan untuk  rekonstruksi kepala dan  leher, flap rektus abdominis didasarkan pada sistem epigastrium profunda inferior karena ukuran pedikel. Flap dapat reinnervasi dengan salah satu enam saraf interkostal , yang memasok persarafan segmental pada otot rektus abdominis dan pasokan sensorik ke kulit di atasnya. Persarafan sensorik segmental flap ini membuat sulit untuk melakukan reinnervation sensorik efektif.(Douglas B 2006)
Dikutip dari Buyten J, 2005

Latissimus Dorsi Flap
            Flap latissimus dorsi dapat digunakan untuk merekonstruksi kepala dan leher baik sebagai pedikel flap atau flap bebas. Jika kertersedian pembuluh darah resipien tidak memungkinkan flap ini seperti diseksi  leher  radikal dapat diputar menjadi pedikel flap, tetapi pembuluh darah memungkinkan dapat dijadikan flap bebas dengan keuntungan berupa lebih fleksibel, bagian kulit dari flpa ini dapat berpusat diatas pedikel vaskular, dan dapat ditempatkan lebih superior pada saat merekonstruksi kulit kepala, dan memiliki resiko sangat rendah unutk terjadinya kinking. Jika hanya otot yang ditransfer, otot latissimus dorsi atropi menjadi tipis dengan ketebalan 4 mm. Hal ini membuat flap tersebut  ideal untuk merekonstruksi kulit kepala, tetapim jelek untuk defek dengan ukuran besar. Pada pengaturan defek kulit kepala yang masive sehingga membutuhkan seluruh otot, elevasi otot latissimus  dapat dilakukan secara bertahap.  Tahapan prosedur dilakukan dengan mengelevasi bagian distal dari otot latissimus dan menempatkan klip sekitar 5 atau 6 segmental, paravertebral, perforator interkostal dimana dapat mensupali kedua ke tiga angiosom. Flap latissimus secara pasti dielevasi 3 minggu kemudian. Untuk defek volume besar atau defek kulit leher besar, muskulus latismus dorsi dipindahkan dberupa flap muskulokutaneus. upaya untuk menyiapkan mobilitas dari glosektomi total rekonstruksi dengan reinervasi otot latisimus dorsi dengan nervus glosofaringeus.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
            Pembuluh darah torakodorsal berasal dari pembuluh darah subscapular, yang merupakan bagian cabang ketiga dari arteri dan vena aksilari. Diamter rata-rata dari arteri sekitar 2,7 mm ( 1,5-4,0 mm); diamter vena sekitar 3,4 mm ( 1,5 - 4,5 mm); dengan panjang rata-rata 9,3 cm ( 6,0-16,5 cm). nervus torakodorsal menyiapakan inervasi motorik terhadap otot latissimus dorsi. nervus torakodorsal biasanya   menyilang pembuluh darah aksila sekitar 3 cm proksimal terhadap arteri dan vena subskapular.(Douglas B 2006)
Dikutip dari Buyten J, 2005
Flap Grasilis
            Flap otot tipis ini pertama kali diperkenalkan oleh Harii ( 1976), lalu dipopulerkan sebagai flap otot untuk mengembalikan fungsi dinamisasi fasial. Penggunaan utama flap ini pada kepala dan leher adalah mengembalaikan fungsi fasial, dimana revaskularisasi dan reinervasi untuk mengembalikan aktivitas kontraktil. Untuk mengembalikan sinkronisasi pergerakan wajah saat cabang proksimal nervus fasialis tidak tersedia. Tinel sign digunakan untuk memantau kemajuan dari pertimbuhan akson pada wajah, biasanya 9-12 bulan setelah transfer awal. Keuntungan dari flap ini adalah untuk mengembalikan fasial termasuk struktur neuromuskular, pedikel pembuluh darah panjang, dan mempermudah diseksi.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
            Pedikel dominan flap grasilis adalah cabang terminal arteri adduktor yang berasal dari arteri femoralis profunda dan berjalan memutar diantara muskulus adduktor longus dibagian anterior dan adduktor brevis dan  muskulus magnus dibagian posterior sebelum memasuki grasilis di junctiod 1/3 atas dan 2/3 bawah. Titik masuk pedikel vaskular kedalam grasilis secara konsisten diatara 8-10cm bagain inferipr tuberkulum pubikum.Arteri unruk muskulus grasilis disertai dua komitan vena, yang bergabung atau berbuara secara terpisah kedalam vena profunda femoris. Diamaeter dari arteri sekitar 2 mm dan vena sekitar 1,5-2,5 mm. Suplai motorik dari muskulus grasilis adalah cabang anterior dari nervus obturator, dimana memasuki muskulus secara oblik sekitar 2-3 cm bagian superior ke tempat masuk pedikler vaskular.(Douglas B 2006)
 
Dikutip dari Buyten J, 2005
Composite Free Flaps
Fibular Osteocutaneous Flap ( flap Fibular Osteokutaneus)
            Hidalgo pertama kali memperkenalkan flap fibular bebas untuk merekonstruksi mandubula pada tahun 1989. Fibula menyediakan sekmen vaskularisasi tulang yang panjang ( 25 cm) dan memiliki kulit yang tipis. Walaupun fibula sangat berdekatan dengan semus defek pada mandibula, flap ini tidak memiliki diameter yang cukup untuk merekonstruksi dentilous mandibula. Fibula ini juga beguna untuk merekonstruksi infrastruktur ( maksila) karena memiliki pedikel yang panjang, tipis, berhubungan dengan kulit dan diameter persedian tulang yang tipis. Flap ini memerlukan dua tim karena jarak anatara tempat resipen dan area kepala dan leher.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
            Arteri dan vena peroneal mensuplai darah utama untuk flap fibular asteokutaneus. Angiografi preoperasi atau angiografi magnetik direkomendasikan untuk menjamin suplai arteri yang adekuat untuk kaki, ketika arteri peroneal dikorbankan. Sensasi bisa dikembalikan secara bervariasi saat nervus kutaneus sural digunakan. Cabang kumonikasi peroneal dapat diambil sebagai graft vaskularisasi saraf sebagai jembatan kesenjangan terhada nervus alveolaris inferior ke nervus mentalis untuk mengembalikan sensasi bibir bawah. Banyak yang telah dilaporkan keunggulan dari suplai darah ke kulit. Perforator yang mensuplai kulit bisa dari sepenuhnya melalui septum intermuskularis posterior sebagai perforator septokutaneus.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)

 
Dikutip dari Buyten J, 2005
Osteocutaneous and Osteomusculocutaneous Iliac Crest Flaps
            Flap krista iliaka dapat diambil sebagai osseus, atau flap osseomiokutaneus. Pedikel panjang sekitar 5-6 cm dan dapal  diperpanjang jika sekmen dari krista iliaka diambil di tempat lebih distal. Flap ini terutama untuk merekonstruksi mandibula. Jika sebagai flap osseous ideal digunakan untuk defek mandibula segmental dengan komponen jaringan lunak terbatas seperti kista odontogenik. Bila berfungsi sebagai flap myosseous ideal untuk defek segmental mandibula dan maksila dengan defek jaringan lunak yang terbatas. Osseouskutaneuos sangat baik untuk kombinasi defek kulit eksternal.Flap krista iliaka juga merupakan flap terbaik   retensi implan osseointegrasi, karena memiliki luas penampang terbesar bila dibandingkan dengan fibula atau flap skapula. Krista iliaka bukan flap osseus yang umum dugunakan untuk merekonstruksi oromandibular karena defek rongga mulut biasanya melibatkan jaringan lunak intraoral lidah, pipi, atau palatum dan membutuhkan flap lain selain flap krista iliaka. Morbiditasnya lebih besar dibandingkan dengan flap fibula dan flap skapula.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
            Arteri iliaka sirkumfleksa profunda berasal dari aspek lateral arteri iliaka eksternal, kira-kira 1-2 cm bagain kranial terhasdap ligamentum inguinalais. Cabang asendens dari arteri iliaka sirkumfkesa profunda mensuplai muskulus oblik internal pada 80% kasus. Sisanya berupa cabang kecil multipel yang mensuplai oblik internal yang berasal dari arteri iliaka sirkumfleksa profunda. Pola vaskular ini tidak mencegah penggunaan muskulus oblik internal. Vena iliaka sirkumfleksa profunda biasanya terdiri dua pasang vena komitantes, dimana bergabung dari vaiabel jarak vena lateral  dari vena iliaka eksternal. Diameter dari arteri iliaka sirkumfleksa profunda sekitar 2-3 mm dan venanya sekitar 3-5 mm.Tidak ada komponen sensorik yang dengan mudah di identifikasi.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
            Kondisi yang membuat sistem skapula flap sehingga bermanfaat untuk merekonstruksi kepala dan leher seperti panjang pedikel dan diamter vaskular pedikel , luas permukaan area berupa kulit tipis yang dapat dipindahkan, bone flap dan flap jaringan lunak dapat dipasahkan, memberikan kebebsan untuk pengaturan tiga dimensi, dapat dikombinasi dengan flap skapula dengan latissimus dorsi dan muskulus seattus anterior tanpa atau dengan kulit. Dengan fleksibilitas yang dimiuliki sehingga dapat menutup orofaring yang kompleks. Flap fasiokutaneus sumber vaskularisi yang baik, agak tipis, memiliki rambut. Arteri skapula sirkumfleksa memiliki dua cabang kutaneus  yang dapat mensuplai kedua flap kutaneus. Flap skapula banyak digunakan untuk menutup defek midfasia komposit kompleks atau oromandibula. Variasi adalah flap nujung skapula dimana flap latissimus dorsi diambil dengan ujung skapula  yang akan disuplai oleh beberapa cabang yang berasal dari arteri torakodorsalis. Variasi ini memiliki pedikel vaskular yang panjang, mensupali seluruh ujung skapula, dan berguna untuk kompleks dengan multisurface, midfasial volume besar dan kombinasi rekonstruksi orbital. Flap ini dapat dipertimbangkan sebagai flap osseokutaneuus latissimus dan dapat digabung dengan flap skapula.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
            Pembuluh darah utama flap skapula adala arteri dan vena subskapula, dan berasal dari bagian ketiga dari arteri dan vena aksilar. Arteri dan vena skapula sirkumfleksa muncul dari ruang segitiga yang dibentuk oleh muskulus terea mayor, muskulus ter minor dan kepala dari muskulus triceps. Arteri skapular sirkumfleksa  beriringan dengan sepasang vena komitantes, yang bergabung dengan vena torakodorsalis sebelum bermuara kedalam vena aksila.  Diameter rata-rata dari arteri skapula sirkumfleksa  4 mm. rata-rata panjang pedikel adalah 8 cm. Flap muskulokutaneus latissimus dorsi, ujung skapula, dan bagian  muskulus seratus anterior dapat dibawah oleh pedikel vaskular yang sama.(Lalwanil AK 2007)

   
Dikutip dari Buyten J, 2005



Visceral Flaps
Jejenum
            Autograf jejenum bebas berhasil pada rekonstruksi defek dari faringoesofageal sirkumferensial. Diameter dari jejenum cocok dengan esofagus servikal dan menjamin permukaan mukosa untuk transit bolus makanan. Dalam satu seri rekonstruksi flap jejenum bebas dari defek sirkumfeleksial dari faringoesofageal dicapai dengan mortalitas rendah (5%) dan kembalinya fungsi awal dalam hal menelan.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
   
Dikutip dari Buyten J, 2005
Omentum and Gastroomentum
            Omentum besar merupakan peritonium berlapis ganda yang mengantung seperti lembaran dari perlekatan utamanya dari kurvatura mayor dari lambung dan kolon transversa. Suplai darah dari struktur ini berasal dari pembuluh darah gastroepiploika dektra dan sinistra bagai kranial dari sudut sefalik. Flap bebas omentum memiliki berbgai keuntungan untuk merekonstruksi kepala dan leher, termasuk menutup defek kulit kepala yang luas, memperbaiki defek midfasial yang luas dengan cakupan split rusuk dan cangkok kalvaria, penanganan osteoradionekrosis dan osteomielitis daerah kepala dan leher dan kontur wajah. Flap bebas gastroomental dapat digunakan untuk defek oral dan faring, dan omentum disiapkan untuk menutup karotis.(Douglas B 2006, Lalwanil AK 2007)
Dikutip dari Buyten J, 2005
Perawatan Pasca Operasi
            Prinsip perawatan yang tepat tentang transfer jaringan bebas harus dipahami oleh tenaga perawat setelah operasi. Diharapkan menghindari tekanan disekitar pedikel dan flap. Dibutuhkan oksigen dan pendingin udara yang dapat mendinginkan flap superfisial dan menghambat aliran darahnya. Posisi kepala harus dalamposisi netral untuk membatasi ketengangan yang ditempatkan pada anastomosis. Hemodinamik dan volume darah harus dipantau secara ketat untuk mejamin perfusi jaringan.(Muller C 2002)
            Farmakoterapi telah menjadi suatu keharusan pada transfer jaringan bebas. Aspirin mulai diberikan setelah operasi 5-10 butir tiap hari selama 2-3 minggu untuk menghambat platelet dan siklooksigenase endotelial. Dekstran dugnakan untuk menurunkan dan menghambat pembentukan rouleaux. Heparin diberikan sampai 3 hari asca operasi. Pemberian antibiotik diberikan seperti prosedur operasi kepala dan leher.(Muller C  2002 Lalwani AK 2007)
            Kegagalan transfer jaringan bebas biasnaya disebabkan masalah anastomisis vaskular, karenannya dari awal harus dideteksi  dan diperbaiki cepat  sehingga flap dapat diselamatkan. Penilian awal dengan melihat warna flap, turgor, dan pengisian kapilar, pemeriksaan doppler sesering mungkin dalam 3 hari pertama, dan melakukan tes prick setiap hari.  Ciri flap yang sehat berwarna merah jambu, hangat, edema minimal, dan dengan pengisian kapilar 1-3 detik.  Trombosis anastomosis vena, sekitar 90% sebagai penyebab kegagalan flap dengan klinis berupa warna biru tua dari kulit yang ditransfer, dan disertai adanya hematoma ditempat operasi. Hal ini terjadi sebagai akibat trombosis aliran bali vena akibat tekanan yang begitu tinggi dalam flap dan akibatnya perdarahan menyebar dari jaringan lunak flap. Secara klinis harus dikenali dengan cepat untuk dilakukan eksplorasi secara awal, trombektomi, dan revisi anastomosis.(Muller C 2002, Lalwani AK 2007)
            Beberap penilaian klinis untuk menilai lebih awal kesuksesan dari flap seperti : pengunkuran suhu menunjukkan nilai sensitifitas dan sfesifitasnya masing-masing 98 % dan 75 %. Skaning teknetium yang digunakan pada minggu pertama setelah operasi dapat menilai perfusi dari graft tulang komposit, namun setelah 1 minggu tidak dapat lagi. Single photon emission computed tomografy bisa dijadikan indikator untuk viabilitas flap. Spektroskopi inframerah non invasif untuk memonitor konsentrasi oksigen dan hemoglobin-deoksi pada flap. Karena saat ini tidak ada alat objektive yang sempurna untuk melihat tingkat keberhasilan dari flap maka tetap penilaian klinis menjadi standar. (Muller C 2002, Lalwani 2007)


           



Daftar Pustaka
1. Lalwani AK. Facial Plastic & Reconstructive Surgery. In : Current Diagnosis & Treatment in otolaryngology Head & Neck surgery.  2nd Edition. McGraw Hill New York 2007 
2. Girod DA, Tsue TT. Free Tissue Transfer. In : Cumming Otolaryngology head & neck Surgery.  4th  Edition. Elsevier Mostby. New York 2005
3.  Muller C.  Free Flap Reconstruction of Head and Neck Defects. 2002
3.  Douglas B. Chepeha DB, Teknos TN. Microvascular Free Flaps in Head and Neck Reconstruction. In : Head & Neck Surgery Otolaryngology 4th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. New York 2006
4. Colemen JJ, Jurkiewicz MJ. Kepala dan Leher. Dalam : Buku Ajar bedah. Bagian  2.   EGC Jakarta. 1994: 308- 334
5. Luhulima JW. Head & Neck. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Unoversitas Hasanuddin. Makassar 2002
6.  Huizing EH, de Grot JAM. Basis Surgical Anatomy. In : Fungtional Reconstructive Nasal   Surgery. Thiema. New York 2003 : 1-26
7. Montomery WW, Lazor JB, Weber AL. Anatomy, Examination, and Diagnosis. In : Surgery of  the larynx, Trachea, Esophagus, and Neck. Saunderes. Philadelphia 2002 : 1-42
8.  Maves MD. Surgical Anatomy of the Head and Neck. In : Byron J. Bailey & Jonas T. Jonhson  Head & Neck Surgery – Otolaryngology 4th ed volume 1. Lippincott William & Wilkins. Philadhelphia.  
9.   Skandalaki JE, Skandalakis PN, Skandalakis LJ. The Neck. In : Surgical anatomy and Technique 2nd . Springer. Verlag 1999 : 19-30
10. Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia. 2009 : 174-177
11.  Wax MK. Radial Forearm Tissue Transfer Treatment & Management.
12. Beasley P. Anatomi of the Pharing and Esophagus. In Scott-Brown’s Otolaryngology ; Basic Scinces. 6th ed. London : Read Educational and Profesional Publishing ltd. 1997: 1/10/28-40
13. Ballenger JJ. Anatomi laring. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, kepala dan Leher.  Jilid 1. Edisi 13. Binarupa Aksara. 1994: 424-31
14. Dhigra PL. Anatomy and physiology of larynx. In : Diseases of Larynx and Trachea. 4th. ed. Elsevier. New Delhi : 259-63
15. Hermani B, Hutauruk SM. Disfonia. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, kepala dan Leher. Edisi 6. Fakultas Kedotran, Universitas Indonesia. Jakarta. 2007 : 231-36
16. Kuo B, Urma D. Esophagus – Anatomy and Develoment. Goyal & Shaker GI Motility Online. Available at : http://www.w3.org/1999/xhtml. Diaskes Maret 2010
17.  Buyten J, Newlands S, Quinn FB. Microvascular Free Flaps Used in Head and Neck Reconstruction. Available at : www.utmb.edu/./Free-flaps-slides-05. 2005






Tidak ada komentar:

Posting Komentar